PEMURNIAN
PEMURNIAN
(Laporan
Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan)

Oleh
:
Samsudin
1710517210017
Kelompok
3
PROGRAM
STUDI PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ii
PENDAHULUAN......................................................................................
1
Latar Belakang.................................................................................
1
Tujuan.............................................................................................. 3
TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………………… 4
BAHAN
DAN METODE...........................................................................
7
Alat dan Bahan................................................................................
7
Alat......................................................................................... 7
Bahan...................................................................................... 7
Waktu dan Tempat...........................................................................
7
Prosedur Kerja.................................................................................
7
HASIL
DAN PEMBAHASAN..................................................................
9
Hasil.................................................................................................
9
Pembahasan...................................................................................... 12
KESIMPULAN...........................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Isolasi Patogen pada Tanaman
Bergejala……………………………. 9
Latar Belakang
Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentudari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu sel
tunggal. Isolasi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cawan tuang dan
metode cawan gores. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentudari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan
murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari
pembelahan dari satu sel tunggal. Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri
dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan
atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi
pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007).
Media
berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Nutrien agar adalah medium umum untuk uji
air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. Na merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa
stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi
organisme dalam kultur murni dengan cara disterilisasi dengan autoklaf pada
121°C selama 15 menit (Fathir, 2009).
Isolasi
jamur menggunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar) yang dibuat sendiri.
Sebanyak 200 g kentang yang telah dikupas dan dibersihkan kemudian diiris
tipis-tipis. Kentang direbus selama 15-20 menit dengan aquades secukupnya,
kemudian disaring dengan kain. Filtrat yang dihasilkan kemudian ditambahkan 20
g dekstrosa dan volumenya dijadikan satu liter. Medium padat dibuat dengan
menambahkan 20 g agar. Medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1200C
dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Saryono et
al, 2002).
Isolat
penyebab penyakit atau patogen yang diperoleh dari tumbuhan yang sakit
menunjukkan bahwa patogen adalah berupa cendawan atau fungi. Pengamatan secara
makroskopis terhadap biakan murni isolat pada media PDA menunjukkan bahwa
pada hari pertama setelah tanam terlihat berupa koloni serabut benang
tipis, berwarna putih keruh dan kecoklatan yang merupakan kumpulan
miselia. Pada hari ke-3, mulai terlihat adanya gumpalan-gumpalan kecil yang
tidak teratur dan berwarna putih menyebar tidak merata pada permukaan
miselia. Pada hari ke-5, gumpalan-gumpalan tersebut berubah menjadi berwarna
coklat yang disebut dengan sklerotia. Secara mikroskopis, fungi ini
memiliki ciri-ciri antara lain percabangan hifa yang tampak tegak lurus,
memiliki septa atau bersekat, tidak terdapat bentuk konidia atau bentuk
spora serta tidak ditemukannya sambungan apit (clamp connection). Biakan fungi tumbuh dengan cepat, hanya dalam
waktu tiga hari koloninya telah memenuhi cawan petri dengan media PDA
(Achmad dan Maisaroh, 2004).
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali
ini adalah agar praktikan dapat memahami teknik pemurnian cendawan dan bakteri.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada
dasarnya sendiri Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode
mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk
mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan
mikroba yang berasal dari satu spesies , sehingga akan diperoleh
kultur murni atau biakan murni. Kultur murni sendiri merupakan kultur yang
sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal yang
bersifat tunggal. Sering kali juga isolasi diartikan sebagai pemisahan
suatu hal dari hal lain atau usaha untuk memencilkan manusia dari manusia lain;
pengasingan; pemencilan; pengucilan ,keadaan terpencilnya satu wilayah karena
jauh dari hubungan lalu lintas, penyekatan (penghambatan atau penahanan) arus
listrik oleh suatu bahan sehingga arus itu tidak dapat mengalir, pemisahan satu
kelompok ikan dari kelompok ikan lain sehingga perkawinan antarkelompok dapat
dihindari (Dwidjoseputro, 2005).
Pemurnian
merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur
yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal
(Suriawiria, 2005).
Dalam
pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni.
Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dengan lingkungannya dengan
mengisolasi mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang
tidak kita butuhkan segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau
biakan murni (Waluyo, 2008).
Dalam
pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni.
Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dengan lingkungannya dengan
mengisolasi mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang
tidak kita butuhkan segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau
biakan murni (Trianda, 2011).
Medium
pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba
memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel,
untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai
sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula. Susunan
kimia sel mikroba relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang
terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun
utama sel adalah unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari
berat kering sel, sedangkan sisanya tersusun dari unsur-unsur lain . Apabila
dilihat susunan senyawanya, maka air merupakan bagian terbesar dari sel,
sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 % terdiri dari protoplasma,
dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida, polifosfat, dan
senyawa lain (Lim, 2006).
Setiap
unsur nutrisi mempunyai peran tersendiri dalam fisiologi sel. Unsur tersebut
diberikan ke dalam medium sebagai kation garam anorganik yang jumlahnya
berbeda-beda tergantung pada keperluannya. Beberapa golongan mikroba misalnya
diatomae dan alga tertentu memerlukan silika (Si) yang biasanya diberikan dalam
bentuk silikat untuk menyusun dinding sel. Fungsi dan kebutuhan natrium (Na)
untuk beberapa jasad belum diketahui jumlahnya. Natrium dalam kadar yang agak
tinggi diperlukan oleh bakteri tertentu yang hidup di laut, algae hijau biru,
dan bakteri fotosintetik. Natrium tersebut tidak dapat digantikan oleh kation
monovalen yang lain. Jasad hidup dapat menggunakan makanannya dalam bentuk
padat maupun cair (larutan). Jasad yang dapat menggunakan makanan dalam bentuk
padat tergolong tipe holozoik, sedangkan yang menggunakan makanan dalam bentuk
cair tergolong tipe holofitik. Jasad holofitik dapat pula menggunakan makanan
dalam bentuk padat, tetapi makanan tersebut harus dicernakan lebih dulu di luar
sel dengan pertolongan enzim ekstraseluler. Pencernaan di luar sel ini dikenal
sebagai extracorporeal digestion. Bahan makanan yang digunakan
oleh jasad hidup dapat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel,
dan sebagai aseptor atau donor elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan
dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber
aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen (Ratna,
2000).
Berbagai cara penyimpanan mikroorganisme
dilakukan untuk mendapatkan kultur murni dengan potensi yang stabil.
Penyimpanan secara sub kultur memiliki kelemahan, yaitu sangat menyita waktu
dan tenaga karena dalam waktu singkat harus dipindahkan secara periodik ke
medium baru. Metode lain yang digunakan sebagai alternatif adalah penyimpanan
secara kering beku (freeze drying)
atau dengan metode penyimpanan pada suhu ultra dingin –196ºC di dalam nitrogen
cair (kriopreservasi) (Prescott, 2003).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah LAF (laminar
air flow), Cork borer, spatula, lampu
Bunsen, jarum ose dan jarum ent.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah isolat cendawan, isolat patogen, media PDA, media NA, Cling warp dan alkohol.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 20 Oktober 2019, pada pukul 13.00-14.40 WITA di Laboraturium
Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum
kali ini adalah
1.
Menyiapkan alat
dan bahan
2.
Membuka media
PDA kemudian pijarkan pinggirannya sebentar diatas lampu bunsen
3.
Membuka cawan
petri yang berisi isolat cendawan dan mengambil isolat cendawan secara
hati-hati menggunakan spatula
4.
Memindahkan
isolat cendawan ke media PDA yang baru secara hati-hati menggunakan jarum ose
dan spatula
5.
Membalut cawan
petri yang berisi isolat cendawan menggunakan Cling warp
6.
Beri label untuk
memudahkan pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dalam
praktikum ini adalah :
Tabel 1. Pengamatan Pemurnian
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
Pada hari pertama ditemukan
hifa cendawan berwarna putih dan media PDA terkontaminasi oleh beberapa
koloni bakteri berwarna putih
|
2
|
![]() |
Pada hari kedua ditemukan hifa
berwarna putih, pertumbuhannya tidak menyebar tetapi keatas, dan ditemukan
beberapa kolon bakteri berwarna putih
|
3
|
![]() |
Pada hari ketiga ditemukan hifa
yang mulai sedikit tumbuhnya dan berwarna putih dan beberapa koloni bakteri
berwarna putih
|
Tabel lanjutan.
4
|
![]() |
Pada hari keempat ditemukan
hifa berwarna putih pekat dan perkebangan hifa sedikit keatas, dan ditemukan
beberapa koloni bakteri disekitar isolat cendawan
|
5
|
![]() |
Pada pengamatan hari kelima
ditemukan hifa berwarna putih pekat tidak menyebar tumbuhnya dan disekitarnya
ditemukan beberapa koloni bakteri berwarna putih .
|
Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas
tentang pemurnian dari hasil isolasi praktikum sebelumnya, disini lebih fokus
kepemurnian cendawan. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan proses
pemurnian dalam LAF agar diharapkan tidak terkontaminasi mikroorganisme yang
tidak diinginkan lalu membuka media PDA yang baru dibelakang lampu bunsen
kemudian diambil isolate cendawan tersebut secara hati-hati dengan jarum ent
dan jarum ose pada media PDA yang baru, letakkan ditengah-tengah media.
Selanjutnya menutup media tersebut dan dibalut rapat dengan cling warp
sekeliling cawan petri terakhir beri label tanggal dan media yang digunakan
sehingga mudah saat melakukan pengamatan.
Pada hari pertama ditemukan hifa
cendawan berwarna putih dan media PDA terkontaminasi oleh beberapa koloni
bakteri berwarna putih, hari kedua ditemukan hifa berwarna putih,
pertumbuhannya tidak menyebar tetapi keatas, dan ditemukan beberapa kolon
bakteri berwarna putih, hari ketiga ditemukan hifa yang mulai sedikit tumbuhnya
dan berwarna putih dan beberapa koloni bakteri berwarna putih, hari keempat
ditemukan hifa berwarna putih pekat dan perkebangan hifa sedikit keatas, dan
ditemukan beberapa koloni bakteri disekitar isolat cendawan dan pada pengamatan
hari kelima ditemukan hifa berwarna putih pekat tidak menyebar tumbuhnya dan
disekitarnya ditemukan beberapa koloni bakteri berwarna putih.
Pemurnian pada cendawan cukup mudah
dilakukan hanya dengan mengambil bahan isolat berupa hifa cendawan
saja, dengan menggunakan jarum ent kemudian diletakkan pada
media PDA yang baru kemudian diperlakukan sama seperti pemurnian pada bakteri. pertumbuhan
cendawan pada media yang ditandai dengan menyebarnya hifa-hifa
berwarna putih.
Pemurnian
pada jamur/cendawan agak sedikit berbeda dengan pemurnian bakteri, pada
cendawan menggunakan jarum ent untuk memindahkannya, dan tidak perlu membentuk
pola seperti proses pemurnian pada bakteri, hanya dengan cara menuangkan
langsung/memindahkan sampel cendawan pada media biakan (PDA) kemudian diratakan
menggunaan segitiga perata.
Pada
hasil pengamatan pemurnian dari hari pertama sampai kelima media biakan PDA
pada pemurnian terkontaminasi oleh bakteri dengan ditemukannya beberapa koloni
bakteri berwarna putih, diduga saat proses pemindahan dari cendawan hasil
isolasi sebelumnya di LAF terlalu lama terpapar udara sehingga diduga ada
bakteri yang jatuh ke media tersebut sehingga saat pengamatan setelah pemurnian
tersebut hifa cendawan yang diharapkan menyebar keseluruh media PDA tetapi
isolat tersebut tidak menyebar karena sudah terkontaminasi oleh bakteri
terlebih dahulu sebelum hifa dan perkembangannya bakteri tersebut lebih cepat dibandingkan
cendawan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh
praktikum ini adalah :
1. Pada pemurnian cendawan cukup mudah dilakukan yaitu
dengan meletakkan isolasi cendawan ditengah-tengah media PDA dan tidak seperti
pemurnian yang harus digores dan dibikin pola zig-zag
2. Dari hari pertama sampai kelima pengmatan pemurnian
ditemukan hifa cendawan dan pada media PDA terkontaminasi oleh koloni bakteri
sehingga hifa cendawan tidak dapat menyebar keseluruh permukaan
3. Faktor yang menyebabkan terkontaminasinya media
pemurnian cendawan adalah karena terlalu lama terbuka atau terpapar udara saat
proses pemindahan isolat cendawan ke media PDA yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan Maisaroh. 2004.
Identifikasi dan Uji Patogenisitas Penyebab Penyakit Hawar Daun pada Suren (Toona sureni MERR.). Jurnal
Manajemen Hutan Tropika, 10 (1) : 67-75.
Dwidjoseputro. 2005.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Yogyakarta.
Fathir.
2009. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Lim,
D. 2006. Microbiology. McGraw-Hill. New York.
Prescott,
L. M. 2003. Microbiology. Mc Graw Hill. New York.
Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi
Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. PT Gramedia, Jakarta.
Saryono, Martina. A, Chainulfifah. 2002. Isolasi dan
Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase Yang Tumbuh Pada Umbi Dahlia (Dahlia Variabilis). Jurnal Natur Indonesia.Vol.4(2):171-177.
Suriawiria,
U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Waluyo,
L. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.
Waluyo,
2008. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS. Malang.
Komentar
Posting Komentar