PENGARUH PEMANGKASAN TAJUK DAN UMBI TERHADAP TANAMAN KOLESOM (Talinum triangulare)
PENGARUH
PEMANGKASAN TAJUK DAN UMBI TERHADAP TANAMAN KOLESOM (Talinum triangulare)
(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

Oleh
:
Samsudin
1710517210017
Kelompok 2
PROGRAM
STUDI PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019

Halaman
DAFTAR
ISI...............................................................................................
i
DAFTAR
TABEL.......................................................................................
ii
DAFTAR
GRAFIK..................................................................................... iii
PENDAHULUAN......................................................................................
1
Latar Belakang.................................................................................
1
Rumusan Masalah.......................................................................... 4
Tujuan.............................................................................................. 4
Hipotesis......................................................................................... 4
TINJAUAN
PUSTAKA............................................................................. 5
BAHAN
DAN METODE...........................................................................
8
Alat dan Bahan................................................................................
8
Alat......................................................................................... 8
Bahan...................................................................................... 8
Waktu dan Tempat...........................................................................
9
Prosedur Kerja.................................................................................
9
HASIL
DAN PEMBAHASAN..................................................................
11
Hasil.................................................................................................
11
Pembahasan...................................................................................... 13
KESIMPULAN
DAN SARAN..................................................................
18
Kesimpulan...................................................................................... 18
Saran................................................................................................ 19
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Nomor Halaman
1.
Hasil Pengamatan Tanaman
Kolesom.................................................... 11
2.
Tinggi Tanaman
Kolesom...................................................................... 11
3.
Panjang Daun, Lebar Daun dan Daun Menggulung Tanaman Kolesom 11
DAFTAR
GRAFIK
Nomor Halaman
1.
Tinggi Tanaman
Kolesom...................................................................... 12
2.
Jumlah Daun Tanaman
Kolesom........................................................... 12
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolesom (Talinum
triangulare (Jacq.) Willd) atau lebih dikenal dengan nama Ginseng Jawa atau
Kolesom Jawa merupakan salah satu tanaman hortikultura yang bisa dijadikan
sebagai tanaman sayuran dan berkhasiat obat. Seluruh bagian tanaman mulai dari
akar hingga daunnya, bisa dimakan. Daunnya biasa dijual sebagai sayuran. Daun
kolesom bisa ditemukan di pasar tradisional atau supermarket dengan harga
terjangkau dengan harga Rp 5.500,00 per 250 g pada tahun 2016. Daun kolesom
juga mengandung senyawa flavonoid, asam fenolat dan antosianin yang berfungsi
sebagai antioksidan. Flavonoid termasuk kelompok dari senyawa fenolik (Mualim,
2012).
Daun kolesom (Talinum
triangulare (Jacq.) Willd) adalah salah satu jenis sayuran tropis yang
banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman kolesom telah lama dikenal di Indonesia dan
digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Daun kolesom biasanya dikonsumsi
sebagai sayuran. Bagian utama yang dikonsumsi sebagai sayuran adalah daun dan
pucuk muda. Cara mengonsumsi daun ini adalah dengan cara dilalap (dimakan
mentah), dikukus, direbus, ataupun ditumis (Rifai, 1994).
Secara empiris
daun kolesom digunakan sebagai obat diare, anti radang, afrodisiaka, dan
menambah vitalitas. Uji fitokimia daun kolesom menunjukkan bahwa tanaman ini
mengandung saponin, triterpen, steroid, polifenol, dan minyak atsiri. Daun
kolesom juga bermanfaat mengatasi masalah pencernaan, peradangan, radang
paru-paru, demam, keringat dingin, dan gugup (Nugroho et al., 2002).
Daun kolesom
mengandung bagian yang agak cair dan lengket ketika dipatahkan. Hal ini diduga
karena daun kolesom mengandung pektin dalam jumlah yang cukup besar. Pektin
merupakan komponen serat larut air yang dapat berfungsi menurunkan kadar
kolesterol LDL dalam darah. Kadar pektin di dalamnya merupakan salah satu
keunggulan daun kolesom ini sebab sebagian besar sayuran yang umum dikonsumsi
masyarakat Indonesia lebih banyak mengandung serat tidak larut air sehingga
fungsinya lebih ke arah menurunkan waktu onset makanan di usus sehingga
melancarkan pencernaan, tidak berfungsi menurunkan kadar kolesterol LDL dalam
darah (Aja et al. 2005).
Perlakuan selama
budidaya, seperti pemupukan merupakan faktor yang mempengaruhi input yang
diperoleh tanaman selama masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis mengenai pengaruh perlakuan budidaya terhadap kandungan fitokimia
tanaman, termasuk pengaruh 2 pemupukan secara organik maupun anorganik terhadap
kandungan serat pangan pada kolesom. Diketahui bahwa tanaman yang dibudidayakan
secara organik mengandung lebih banyak gula dibandingkan tanaman anorganik
(Hallmann & Rembialkowska 2006).
Kotoran ayam
merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam
pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi
kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang
dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam
merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia
dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan
organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih
menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup. Kotoran ayam
memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga,
1986).
Pupuk kotoran
ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat kekurangan unsur organik
serta dapat memperkuat akar tanaman jagung manis. Itulah sebabnya pemberian
pupuk organic kedalam tanah sangat diperlukan agar tanaman yang tumbuh di tanah
itu dapat tumbuh dengan baik. Dari kenyataan yang ada bahwa banyak masyarakat
yang berpendapat khususnya petani bahwa kotoran ayam sangat baik jika diberikan
pada tanaman jagung manis namun harus menggunakan dosis dan tata cara
tertentu.menurut banyak orang, selain manfaat manfaatnya yang besar kotoran
ayam sangat mudah diperoleh karena tidak sebanyak orang yang memelihara sapi
ataupun kambing yang kotoranya sama-sama dijadikan pupuk organik (Subroto,
2009).
Kotoran ayam dapat
digunakan sebagai pupuk organik untuk berbagai komoditas tanaman. Salah satunya
adalah tanaman jagung manis karena dapat merangsang pertumbuhan tanaman jagung
manis serta menambah kesuburan tanah yang akan berdampak pada kesuburan tanaman
itu sendiri. kotoran ayam merupakan kotoran yang di keluarkan oleh ayam sebagai
proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan 2 lainya. pupuk kunci
dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih dari unsur untuk
menggantikan unsur yang habis diserap tanaman (Harsono, 2009).
Rumusan Masalah
1. Apakah
dengan pemangkasan berpengaruh terhadap tajuk dan umbi kolesom ?
2. Apakah
dengan pemangkasan berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering tajuk dan
umbi kolesom ?
Tujuan
Untuk
mengetahui pengaruh pemangkasan terhadap tajuk dan umbi kolesom.
Hipotesis
1. Pemangkasan
dapat berpengaruh terhadap tajuk dan umbi kolesom.
2. Pemangkasan
dapat berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering tajuk dan umbi kolesom.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi
Kolesom
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Archichlamydae
Familia : Portulacaceae
Genus : Talimum
Spesies : Talimum triangulare ( jacq) Wild
Sinonim : Talimum racemoseum Rahcbacg
Nama Daerah : Posien, Gelang ( Jawa ), Krokot belanda ( sunda),
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Archichlamydae
Familia : Portulacaceae
Genus : Talimum
Spesies : Talimum triangulare ( jacq) Wild
Sinonim : Talimum racemoseum Rahcbacg
Nama Daerah : Posien, Gelang ( Jawa ), Krokot belanda ( sunda),
Batangnya jarang
berkayu, bulat, halus, dan berwarna hijau cokelat. Tanaman ini pada umumnya
banyak mengandung sel-sel lendir pada batang dan daun. Daunnya tunggal,
lonjong, berseling, pangkal bulat, ujung meruncing. pertulangan menyirip dan
berwarna hijau pucat, tepi rata, permukaan mengkilat.. Tanaman ini memiliki
bunga majemuk, berbentuk malai, diujung batang, mahkota lonjong, berwarna ungu,
benang sari ungu dan bercabang. Buahnya lonjong, kuning kehijauan. Bijinya
lonjong pipih, hitam mengkilat, Akarnya seperti ginseng, berdaging tebal,
tunggal, cokelat. Tanaman ini berkhasiat karena akar dan daunnya mempunyai
saponan dan flavonoid, serta tanin. Akar tanaman ini memiliki rasa manis netral
untuk menguatkan paru-paru dan afrodisiak, tonikum. Sedangkan daunnya untuk
meningkatkan nafsu makan atau stomakik (Seswita, 2010).
Tanaman ginseng
Jawa dapat tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian tempat 1.250 m.dpl
dengan curah hujan 2.000 – 4.000 mm/tahun. Jenis tanah yang dikehendaki untuk
membudidayakan ginseng Jawa adalah tanah liat berpasir atau tanah berpasir yang
cukup subur, yaitu yang mengandung banyak humus atau memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan intensitas cahaya
tidak kurang dari 75% (Seswita, 2010).
Tanaman ginseng
Jawa dapat diperbanyak baik secara vegetatif maupun generatif. Akan tetapi,
Ginseng Jawa lebih mudah dibiakkan dengan menggunakan stek batang atau cabang
yang panjangnya 12 cm. Perbanyakan melalui stek batang memiliki tingkat
keberhasilan tumbuh 98%, yaitu ketika stek mampu menghasilkan akar dan tunas
(Seswita, 2010).
Akar ginseng
Jawa dapat dipanen setelah tanaman berumur 7 bulan hingga lebih dari satu
tahun. Akar ginseng Jawa dapat diperoleh dengan mencabut atau membongkar
tanaman dengan garpu. Hasil panen untuk setiap tanaman adalah 140 – 220 g akar
segar/tanaman atau 20 – 35 g akar kering/tanaman untuk T. paniculatum dan 175 –
220 g akar segar/tanaman atau 25 – 30 g akar kering/tanaman untuk T.
triangulare (Seswita, 2010).
Di Indonesia,
Ginseng Jawa juga dapat ditemui tumbuh liar di lahan-lahan masyarakat atau
tempat yang lembab seperti selokan. Tanaman ini biasanya dapat muncul begitu
saja di musim hujan tetapi sulit 11 ditemukan pada saat kemarau. Bagi sebagian
masyarakat, tanaman ini dianggap sebagai tanaman pengganggu. Akan tetapi,
sebagian lainnya ada yang memanfaatkan daun ginseng Jawa sebagai sayur dan
akarnya sebagai obat tradisional. Akar dan daun ginseng Jawa memiliki berbagai
efek farmakologis, diantaranya sebagai afrodisiak, pelancar ASI, penambah nafsu
makan, dan antibiotik (Seswita, 2010).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1.
Penggaris
2. Saringan
tanah
3. Gembor
4. Gunting/cutter
5. Amplop
kertas
6. Oven
7. Timbangan
analitik
8.
Polybag
Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1.
Tanaman kolesom muda
2. Tanah
3. Pupuk
kandang
4.
Air
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019 sampai tanggal 2 Mei
2019. di Rumah Kaca dan Laboraturium Biologi Pertanian Jurusan Budidaya Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan
pada praktikum ini adalah
A. Mempersiapkan
Tanam
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Menyaring
tanah dengan saringan tanah dengan cara diayak
3. Menyaring
pupuk kandang ayam menggunakan saringan tanah
4. Mencampurkan
tanah dan pupuk kandang dengan tangan atau sampai tercampur merata
5. Memasukkan
campuran tanah dan pupuk kedalam polybag, basahi sedikit
6. Memotong
batang tanaman kolesom (pilih yang tidak berumur muda maupun kolesom yang tua)
dengan cara potongan stek menggunakan cutter.
7. Menancapkan
batang tanaman yang dipotong pada polybag yang berisi campuran tanah dan pupuk
8. Memberi
label tanaman polybag 1 dan tanaman polybag 2
9. Lakukan
penyiraman pada pagi dan sore hari
B. Melakukan
Pemangkasan dan Pengukuran Tanaman
1. Menyiapkan
alat dan bahan
2. Mengukur
tinggi kedua tanaman dipolybag dengan penggaris
3. menghitung
jumlah daun, jumlah tunas daun sempurna, jumlah tunas daun, lebar daun dan
panjang daun
4. mencatat
dan mengambil gambar setiap dilakukan penghitungan
5. memangkas
salah satu dari tanaman dipolybag dan diberi tanda bintang untuk memudahkan
saat melakukan pengamatan
C. Panen
Tanaman
1. menyiapkan
alat dan bahan
2. mengambil
gambar tanaman kolesom sebelum dicabut
3. mencabut
tanaman kolesum secara hati-hati agar akar tanaman tidak putus
4. memotong
bagian akar dan pangkal tajuk tanaman kolesom dengan bantuan cutter
5. memasukkan
potongan akar dan tajuk tanaman kolesum pada masing-masing amplop, kemudian
berilah keterangan
6. menimbang
potongan akar dan tajuk tanaman sebelum dilakukan pengovenan untuk menghitung
berat basah
7. memasukkan
amplop pada oven selama 24 jam pada suhu 100o C
8. mengeluarkan
akar dan tajuk tanaman kolesom yang sudah di oven kemudian ditimbang berat
keringnya
9. lakukan
perhitungan
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Adapun hasil dalam praktikum kali
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Hasil Pengamatan Tanaman Kolesom
Tanaman
|
Waktu pengamatan
|
||||||||
7 HST
|
14 HST
|
21 HST
|
28 HST
|
35 HST
|
42 HST
|
49 HST
|
56 HST
|
||
Polybag 1
|
JT
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JTDS
|
0
|
4
|
4
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
JDS
|
0
|
26
|
29
|
38
|
48
|
60
|
75
|
85
|
|
Polybag 2
|
JT
|
2
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JTDS
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
4
|
3
|
3
|
|
JDS
|
0
|
0
|
16
|
15
|
22
|
21
|
23
|
25
|
Keterangan
:
JT : jumlah tunas
JTDS : jumlah tunas daun sempurna
JDS : jumlah
daun sempurna
Tabel
2. Tinggi Tanaman Kolesom
Tanaman
|
Waktu pengamatan
|
||||
28 HST
|
35 HST
|
42 HST
|
49 HST
|
56 HST
|
|
Polybag
1
|
10 cm
|
18 cm
|
24 cm
|
32 cm
|
35 cm
|
Polybag
2
|
8,5 cm
|
9 cm
|
0 cm
|
6 cm
|
6 cm
|
Tabel
3. Panjang Daun, Lebar Daun dan Daun Menggulung Tanaman Kolesom
Tanaman
|
Waktu pengamatan
|
|||||
28 HST
|
35 HST
|
42 HST
|
49 HST
|
56 HST
|
||
Polybag
1
|
PD
|
6 cm
|
6,5 cm
|
12 cm
|
14 cm
|
16 cm
|
LB
|
2 cm
|
2 cm
|
4,41 cm
|
4,5 cm
|
5 cm
|
|
DM
|
5
|
0
|
32
|
35
|
35
|
|
Polybag
2
|
PD
|
3 cm
|
3,5 cm
|
0
|
0
|
0
|
LB
|
1 cm
|
2 cm
|
0
|
0
|
0
|
|
DM
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Keterangan
:
PD :
panjang daun
LB :
lebar daun
DM : daun
menggulung
Grafik
1. Tinggi Tanaman Kolesom

Grafik
2. Jumlah Daun Tanaman Kolesom

A. Perhitungan
Rasio Tajuk dengan Akar
Diketahui : Berat kering tajuk ( Br T ) = 160,705 gram
Berat kering akar ( Br A ) =
8,693 gram
Ditanya : Biomassa
Rumus :
Rasio
Tajuk dengan Akar = 

Jawab :
Rasio
Tajuk dengan Akar = 

= 

= 18,486 gram
Pembahasan
Pada praktikum kali
ini membahas tentang pengaruh pemangkasan tajuk dan umbi terhadap tanaman
kolesom (Talinum triangulare) yang dimulai dengan melakukan
penanaman tanaman kolesom pada polybag sampai melakukan pemangkasan, panen
tanaman kolesom serta menghitung rasio akar dan tajuk tanaman. Hal pertama yang
dilakukan yaitu membuat media tanam dengan cara menyaring tanah dan pupuk
kandang secara bergantian dengan saringan tanah agar partikel tanah dan pupuk
kandang memiliki ukuran yang seragam sehingga memudahkan saat akar tanaman
mudah menembus tanah. Kemudian memasukkan campuran tersebut kedalam 2 polybag,
polybag tersebut kemudian diberikan label sehingga memudahkan saat dilakukan
pemangkasan.
Hal
kedua yang dilakukan yaitu menanam tanaman kolesom dengan cara stek batang.
Batang tamaman yang digunakan untuk stek adalah tanaman yang berusia tidak
terlalu muda dan juga tidak berusia tua, hal ini karena jika usia terlalu muda
maka tanaman yang tumbuh tidak terlalu bagus bertumbuhannya begitu juga jika
menggunakan batang berusia tua maka dipastikan tunas tanaman yang akan
tumbuhnya nanti sangat lambat. Usia batang yang tidak terlalu muda maupun tidak
tua sangat dapat dipastikan bakal tunas dapat muncul sesuai dengan harapan.
Tunas juga produktif-produktifnya ketika dilakukan sebagai stek batang usia
tidak tua maupun tidak terlalu muda.
Hal
ketiga yaitu menancapkan batang tanaman kolesom yang dijadikan stek pada polybag
yang diisi oleh campuran tanah dan pupuk kandang. Menancapkan batang tersebut
tidak boleh terlalu dalam hal ini harena
dapat menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lambat, kemudian dilakukan
penyiraman polybag tersebut pada waktu pagi dan sore hari setiap hari hingga
melakukan sampai proses pemangkasan serta pengamatan
Pengamatan
dilakukan selama 8 minggu atau 56 hari, hasil yang didapatkan pada tabel 1
yaitu jumlah tunas daun lebih banyak pada tanaman kolesom pada polybag 1
sedangkan polybag 2 hanya memiliki 2 jumlah tunas daun. Pada mengamati jumlah
tunas daun sempurna tetap banyak pada polybag 1 yang unggul sedangkan polybag 2
hanya mampu memiliki 2 tunas daun sempurna tetapi setelah dilakukan pemangkasan
minggu ke 5 , tunas daun sempurna tumbuh 2 kali lipat yaitu sebanyak 4 tunas
sedangkan pada minggu selanjutnya tunas daun sempurna pada polybag mengalami
penurunan yaitu hanya tersisa 3 tunas daun sempurna. Pada pengamatan jumlah
daun sempurna tanaman pada polybag 1 tetap unggul dan tumbuhnya signifikan
yaitu sampai mencapai 75 helai daun pada saat dilakukan penghitungan pada
minggu ke 7 satu minggu sebelum dilakukan pada panen atau mencabut sedangkan
pada tanaman polybag 2 hanya mampu menghasilkan jumlah daun sempurna paling
banyak yaitu pada minggu ke 5 yaitu 22 daun, tetapi setelah dilakukan
pemangkasan jumlah daun menurun 1 daun pada minggu ke 6 namun naik lagi jumlah
daun sempurna pada minggu ke 7 yaitu sebanyak 23 daun.
Pada tabel ke 2 membahas tentang
pengamatan tinggi dari tanaman yang ditanam yang dimulai pada minggu ke 4
sampai minggu ke 7, pada polybag 1 pertumbuhan menjadi sangat bagus yaitu
hingga mencapai tinggi 32 cm. Sedangkan pada polybag 2 paling tinggi pada
minggu ke 2 yaitu 9 cm, namun turun drastis setelah dipangkas namun tumbuh lagi
pada minggu ke 7 yaitu 6 cm.
Pada
tabel ke 3 membahas tentang panjang daun, lebar daun, dan daun menggulung.
Sebelumnya untuk menghitung panjang daun dan lebar daun harus menggunakan helai
daun yang sama digunakan pada awal kali menghitung dan pilih daun yang paling
besar diantara daun lainnya dalam polybag tersebut. Panjang daun paling panjang
didapatkan pada daun dipolybag 1 yaitu sampai mencapai 14 cm yaitu pada minggu
ke 7 HST, sedangkan pada polybag hanya mampu mempunyai panjang 3,5 cm pada
minggu ke 5 HST dan pada minggu ke 6 dan ke 7 tidak dihitung panjang daun
karena tanaman polybag 2 dipangkas. Lebar daun yang paling besar pada daun di
polybag 1 yaitu sampai 35 daun dari jumlah semua daun pada minggu ke 7 HST ,
sedangkan pada polybag 2 lebar daun yang dihitung yaitu 2 cm pada minggu ke 5
HST dan pada minggu ke 6 dan ke 7 polybag 2 tidak dapat dihitung karena tanaman
tersebut dipangkas. Daun menggulung paling banyak ditemukan pada tanaman
polybag 1 yaitu sampai 35 helai daun pada minggu ke 7 HST, pada minggu ke 5 HST
tidak ditemukan daun menggulung pada tanaman., sedangkan pada polybag 2 daun
menggulung yang ditemukan hanya 1 helai daun itu juga pada minggu ke 4 HST
sedangkan pada minggu-minggu berikutnya daun sama sekali tidak menggulung.
Pada
grafik 1 membahas tentang tinggi masing-masing polybag, perhitungan tinggi
dimulai pada minggu pertama sampai minggu ke tujuh, pada minggu ke 1 sampai ke
2 tinggi daun masih belum diukur namun baru pada minggu ke 3 sampai seterusnya
tinggi tanaman dihitung, laju pertumbuhan pada polybag 1 tinggi terus meningkat
hingga pada minggu ke 7 yaitu sampai 32 cm sedangkan pada tanaman didalam
polybag 2 yaitu mengalami kenaikan dan penurunan tetapi tidak sampai drastis
penurunannya yaitu pada minggu ke 5 HST setinggi 9 cm namun pada minggu
berikutnya itu tinggi dinyatakan nol atau tidak ada karena polybag 2 mengalami
perlakuan pemangkasan pada minggu ke 6 HST dan pada minggu ke 7 tinggi langsung
mencapai 6 cm hasil diukur tingginya.
Pada
grafik 2 membahas tentang jumlah daun pada masing-masing tanaman pada polybag,
yang perlu diketahui yaitu jumlah daun merupakan data jumlah daun pada tabel ke
1 yaitu jumlah daun sempurna. Pada tanaman dalam polybag 1 jumlah daun terus
meningkat banyak hingga mencapai 75 helai daun sedangkan pada polybag 2
mengalami naik turun sebesar 1 helai daun tiap minggu yaitu pada minggu ke 3
sebesar 16 cm, minggu ke 4 turun menjadi
15 helai daun namun naik kembali menjadi 22 helai daun pada minggu ke 6, turun
kembali 1 helai daun pada minggu ke 6 HST serta pada minggu ke 7 naik lagi
jumlah daun menggulung yaitu sebesar 23 helai daun pada polybag 2.
Hasil
selanjutnya yaitu menghitung rasio tajuk dengan akar (berat kering tajuk dan
akar), sebelum menghitung hal pertama yang dilakukan memanen tanaman kolesom
secara hati-hati agar akar-akar percabangan tidak sampai putus dengan cara
memukul-mukul sekeliling polybag dan cabut perlahan-lahan, didapatkan hasil
bawa pada tanamn polybag 1 mempunyai 4 buah umbi sedangkan pada polybag tidak
terdapat umbi. Setelah dipanen selanjutnya memisahkan bagian akar dan tajuk
pada tanaman yang dipangkas dengan cara dipotong dengan cutter, selanjutnya
menimbang berat basah masing-masing potongan, lalu dimasukkan kedlam amplop
beri tanda pengenal dan dioven pada suhu 1000 C selama 24 jam,
setelah 24 jam isi amplop dikeluarkan kemudian ditimbang kembali untuk
mendapatkan berat kering tanaman tersebut. Dan didapatkan hasil timbangan berat
kering tajuk yaitu sebesar 160,705 gram dan berat kering akar yaitu sebesar
8,693 gram. Selanjutnya dimasukkan dalam rumus rasio tajuk dan akar dengan cara
berat kering tajuk dibagi dengan berat kering akar dan didapatkan hasil yaitu
18,468 gram hasil akhirnya.
Berdasarkan
pada hasil pada beberapa tabel dan grafik disimpulkan bahwa laju perumbuhan
pada tanaman polybag 1 sangat baik sedangkan pada polybag 2 tanaman seperti
mengalami pertumbuhan tidak sebaik polybag 1, ada beberapa hal yang menjadi
laju pertumbuhan tanaman berbeda yaitu temperatur, cahaya, intesitas
penyiraman, faktor usia tanaman yang dijadikan stek, hama juga dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan. Pada polybag 1 mendapatkan temperatur dan cahaya
matahari yang cukup untuk pertumbuhannya, faktor usia tanaman sebelum distek
juga merupakan tanaman yang unggul, hama juga ada tetapi tidak terlalu
menyerang hama tanaman ini yaitu semut merah, hal ini karena tanah polybag
tidak terlalu disiram sehingga tanah dalam polybag tidak terlalu lembab.
Sedangkan pada tanaman dipolybag 2 diduga faktor usia tanaman yng digunakan
sebagai stek adalah tanaman yang berusia tua, selain itu penempatan polybag
yang tidak sesuai juga menjadi faktor pembeda untuk segi temperatur dan cahaya,
pada polybag ini juga ditemukan hama semut merah namun tidak sampai menyebabkan
tanaman menjadi busuk. Namun menyebabkan laju pertumbuhan menjadi tidak secepat
tanaman dipolybag 1.
Peran
pemangkasan juga berguna untuk menumbuhkan tunas atau mempercepat pertumbuhan
suatu tanaman hal ini terjadi ketika pada polybag 2 dipangkas tanaman kolesom
pada minggu ke 5, tunas mulai muncul kembali dan lebih banyak daripada sebelum
dipangkas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Jumlah tunas daun lebih
banyak pada tanaman kolesom pada polybag 1 sedangkan polybag 2 hanya memiliki 2
jumlah tunas daun.
2.
Jumlah tunas daun
sempurna tetap banyak pada polybag 1 yang unggul sedangkan polybag 2 hanya
mampu memiliki 2 tunas daun sempurna
3.
Pengamatan jumlah daun
sempurna tanaman pada polybag 1 tetap unggul dan tumbuhnya signifikan yaitu
sampai mencapai 75 helai daun dan polybag 2 hanya 22 daun
4.
Pada polybag 1
pertumbuhan menjadi sangat bagus yaitu hingga mencapai tinggi 32 cm. Sedangkan
pada polybag 2 paling tinggi pada minggu ke 2 yaitu 9 cm
5.
Laju pertumbuhan pada
polybag 1 tinggi terus meningkat hingga pada minggu ke 7 yaitu sampai 32 cm
sedangkan pada tanaman didalam polybag 2 yaitu mengalami penaikan dan penurunan
tetapi tidak sampai drastis penurunannya.
6.
Pada tanaman dalam
polybag 1 jumlah daun terus meningkat banyak hingga mencapai 75 helai daun
sedangkan pada polybag 2 mengalami naik turun sebesar 1 helai daun tiap minggu
7.
Beberapa hal yang
menjadi laju pertumbuhan tanaman berbeda yaitu temperatur, cahaya, intesitas
penyiraman, faktor usia tanaman yang dijadikan stek,intesitas serangan hama
juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan.
8.
Pemangkasan tanaman
merupakan faktor yang dapat menyebabkan tanaman kolesom yang dipangkas tumbuh
cepat daripada sebelum dipangkas.
9. Hasil
perhitungan rasio tajuk dan akar yaitu 18,648 gram.
Saran
Sebaiknya
saat kegiatan praktikum berlangsung asisten lebih memperhatikan para praktikan,
sehingga praktikan dapat lebih konsentrasi saat praktikum tidak memegang hp,
diperhatikan juga praktikan saat melakukan pengamatan yang dicatat tiap minggu
agar tidak terjadi kesalahan dan pada saat dilakukan pengeringan oven tajuk dan
akar suasana dimohon kondusif agar tidak terkesan gaduh.
DAPTAR PUSTAKA
Aja PM, Okaka ANC, Onu PN, Ibiam U, Urako AJ. 2010.
Proximate analysis of Talinum triangulare (water leaf) leaves and its softening
principle. J. Nutr. (9) 6: 524-528.
Hallmann E, Rembiałkowska E. 2006. Antioxidant
compounds content in selected onion bulbs from organik and conventional
cultivation. J. Res. Appl. Agric. Eng. 51 (2): 42-46.
Harsono. 2009. Pupuk Organic Kotoran Ayam.
http://thlbanyumas.blogspot.com/ kandungan-pupuk-pada-kotoran-hewan.html.
Diakses tanggal 30 Mei 2013 pukul 20.00 WIB.
Lingga, P. 1994.
Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Mualim L. 2012. Produksi dan kualitas kolesom dengan
pemupukan organik dan inorganik [disertasi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nugroho YS, Nuratmi B, Winarno WM. 2002. Kolesom
(Talinum triangulare Willd.) tumbuhan berkhasiat afrodisiaka yang aman. Buletin
Tanaman Rempah dan Obat. 13: 2-5.
Rifai MA. 1994. Talinum triangulare (Jacq.) Willd.
268-269. Di dalam: Siemonsma JK, Piluek K (eds.). Plant Resources of South-East
Asia No.8. PROSEA: Vegetables. Bogor.
Seswita, D. 2010. Som Jawa (Talinum paniculatum)
Ginseng Indonesia Penyembuh Berbagai Penyakit. Warta TOI. 16 ( 2): 21-23.
Subroto. 2009. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Pustaka Buana. Bandung
LAMPIRAN



Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3.





Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.



Gambar
9. Gambar 10. Gambar 11.




Gambar
12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar
15








Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23.




Gambar
24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27.


Gambar
28. Gambar 29.
Keterangan :
Gambar 1. Proses menuangkan tanah pada saringan
tanah
Gambar 2. Proses pengayakan tanah dan pupuk kandang
dengan saringan tanah
Gambar
3. Tanah hasil pengayakan dicampur merata
Gambar
4. Memasukkan campuran tanah dan pupuk kedalam polybag
Gambar
5. Melubangi bagian dalam tanah dalam polybag
Gambar
6. Tanaman kolesom yang akan distek
Gambar
7. Memilih batang tanaman kolesom yang akan distek
Gambar
8. Potongan batang tanaman kolesom untuk stek
Gambar
9. Menancapkan batang tanaman kolesom kedalam polybag
Gambar
10. Batang tanaman kolesom yang telah ditanam
Gambar
11. Melakukan penyiraman setiap pagi dan
sore hari
Gambar
12. Pengamatan polybag 1 pada 7 HST
Gambar
13. Pengamatan polybag 2 pada 7 HST
Gambar
14. Pengamatan polybag 1 pada 14 HST
Gambar
15. Pengamatan polybag 2 pada 14 HST
Gambar
16. Pengamatan polybag 1 pada 21 HST
Gambar
17. Pengamatan polybag 2 pada 21 HST
Gambar
18. Pengamatan polybag 1 pada 28 HST
Gambar
19. Pengamatan polybag 2 pada 28 HST
Gambar
20. Pengamatan polybag 1 pada 35 HST
Gambar 21. Pengamatan polybag 2 pada 35 HST
Gambar
22. Pengamatan polybag 1 pada 42 HST
Gambar
23. Pengamatan polybag 2 pada 42 HST
Gambar
24. Pengamatan polybag 1 pada 49 HST
Gambar
25. Pengamatan polybag 2 pada 49 HST
Gambar
26. Pengamatan polybag 1 pada 56 HST
Gambar
27. Pengamatan polybag 2 pada 56 HST
Gambar
28. Potongan akar tanaman kolesom yang telah dioven 24 jam
Gambar
29. Potongan tajuk tanaman kolesom yang telah dioven 24 jam
Komentar
Posting Komentar