MELIHAT GEJALA PURU AKAR DAN CARA EKSTRASI

MELIHAT GEJALA PURU AKAR DAN CARA EKSTRASI
(Laporan Praktikum Nematologi Tumbuhan)







                                                                                                      
Oleh :
Samsudin
1710517210017
Kelompok 4











PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2018

                                                       DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................              i
DAFTAR TABEL.......................................................................................             ii
PENDAHULUAN......................................................................................            1
Latar Belakang.................................................................................            1
Tujuan Praktikum.............................................................................             3
BAHAN DAN METODE...........................................................................            4
Alat dan Bahan................................................................................            4
Alat.........................................................................................             4
Bahan......................................................................................             4
Prosedur Kerja.................................................................................            5
Waktu Dan Tempat..........................................................................            5
HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................            6
Hasil.................................................................................................           6
Pembahasan......................................................................................            8
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................         10
Kesimpulan......................................................................................           10
Saran................................................................................................           10
DAFTAR PUSTAKA                                                                                               






DAFTAR TABEL
Nomor                                                                                                          Halaman
1. Proses Ekstraksi.........................................................................                          6
2. Hasil Ekstrasi............................................................................                           7


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).
Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secernenta (Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia).  Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria.  Semua nematoda parasitit tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida.  Kalasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. adalah Phylum nematode, klas secernenta, ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005).
 Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anafzhu, 2009).
       Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula
2
(alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008).
       Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2008).
menurut Anafzhu (2009), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman , sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan
3
respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Pracaya2007) .
            Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil dengan panjang  2-3 cm, dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda, campuran tersebut dituangkan keatas saringan. Saringan tetap dibiarkan dalam air untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah saringan tersebut (Hutagalung, 2008).

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat gejala puru akar dan untuk mengetahui cara dan metode yang digunakan dalam mengekstrasikan nematoda tanah dan akar.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Corong baerman                      7.  Mikroskop
2.      Kain tipis berpori                    8.  Slide glass
3.      Tissue                                      9.  Cover glass
4.      Gelas plastik                            10. Cawan petri
5.      Aerator                                    11. Pipet tetes
6.      White head tray                      12. Jarum nematoda
Bahan
      Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Tanah
2.      Bintil akar pada tanaman seledri
3.      Air
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 28 September 2018 pada jam 14.10-selesai, di Laboraturium Fitopatologi Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.             Menyiapkan alat dan bahan.
2.             Mengambil tanah dan akar yang akan diekstrak kemudian bungkus dengan kain berpori.
3.             Menyiapkan white head tray dengan perlengkapannya, kemudian isi dengan air.
4.             Meletakkan tanah atau akar pada corong baerman, tambahkan air pada corong hingga tanah tersebut terendam.
5.             Diamkan selama 24 jam, selanjutnya suspensi nematoda dapat diamati.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil dari praktikum ini adalah :
Tabel 1. Proses ekstrasi
No
Gambar
Keterangan
1


Memasukkan tanah kedalam kain berpori ± 100 gram dari pot tanaman seledri yang memiliki bintil akar.
2


Tanah yang ada didalam kain diikat, jangan terlalu kuat. Lalu masukkan kedalam saringan yang sudah dimodifikasi.
3


Menuangkan air diatas kain yang berisi tanah tadi sampai bagian bawah saringan modifikasi tersentuh oleh air.









Tabel 2. Hasil ekstrasi
No
Alat
Hasil
1
White head tray



Nematoda betina stadia 1
2
Corong baerman


Belum ada hasil nematoda yang di lihat di mikroskop.

3
Saringan modifikasi nematoda


Belum ada hasil nematoda yang di lihat di mikroskop.

4
Aerator


Belum ada hasil nematoda yang di lihat di mikroskop.



Pembahasan
            Praktikum yang berjudul melihat gejala puru akar dan cara ekstrasi, alat yang difokuskan disini yaitu white head tray, corong baermann, saringan modifikasi, dan aerator. Hasilnya pun bermacam-macam yang didapatkan setelah didiamkan selama 24 jam, diantara empat alat tersebut ternyata hanya alat white head tray yang terdapat nematoda setelah dilihat dibawah mikroskop.
            Pada alat white head tray didapat hasil jenis nematoda betina stadia 1 dibawah mikroskop, itu tidak langsung ketemu melainkan dengan memecahkan telur yang diduga ada nematoda dengan menggunakan jarum nematoda. Selain itu juga hanya white head tray yang dapat mempunyai daya kelebihan yang sumber air yang tidak memiliki gelembung udara, dan selalu merendam.
            Nematoda  Larva instar I berada di dalam telur dan menetas menjadi larva instar II. Larva tersebut  kemudian bergerak di dalam tanah menuju akar tanaman yang sedang tumbuh. Ditempat ini larva kemudian menetap dan menyebabkan perubahan sel akibat  aktivitas makannya.
            Pada corong baermann tidak di dapat hasil nematoda saat di lihat dibawah mikroskop, hal ini terjadi karena seharusnya saat proses didiamkan selama 24 jam corong baermann harus dalam keadaan tergantung bukan diletakkan diatas wadah berbeda dengan penggunaan white head tray dan saring modifikasi yang harus di letakkan di wadah. Walaupun sudah beberapa kali di coba dilihat di bawah mikroskop dengan mengunakan beberapa preparat yang berbeda.
            Pada saring modifikasi tidak didapat hasil nematoda saat dilihat di bawah mikroskop, kekurangannya yaitu pada saat pengikatan tanah dengan kain tanahnya terlalu padat dan diikat kuat, disamping itu air yang di bawah wadah saringan tidak menyentuh bawah saringan sehingga mungkin dipastikan nematoda
tersebut mati kekeringan, sedangkan nematoda sangat menyukai tempat lembab bukan kering, jika kering maka nematoda tidak dapat bergerak.
            Pada aerator juga tidak didapat hasil nematoda saat di bawah mikroskop, pada alat ini nematoda juga lembab sama seperti white head tray tetapi, jika di alat white head tray memiliki kapas/tissue yang mengkontrol daya serap yang tidak terlalu lembab sekali sedangkan pada alat aerator daya serap untuk bintil akar tidak terkontrol. Walaupun sudah beberapa kali di coba dilihat di bawah mikroskop dengan mengunakan beberapa preparat yang berbeda. Hasilnya tetap tidak ada nematoda di ditemukan sama pada dua alat lain yaitu corong baermann dan saringan modifikasi.
            Dapat disimpulkan bahwa nematoda pada dasarnya memang menyukai tanah yang gembur, tidak padat, keras, liat ataupun berpasir. Itulah mengapa nematoda banyak ditemukan pada tanaman kacang kacangan dan seledri hal ini karena jenis tanaman tersebut sangat mudah ditemukan bintil akar. Nematoda juga tidak menyukai tempat yang sangat tergenang air, jika demikian maka nematoda tidak dapat hidup.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.      Hanya white head tray yang dapat melihat nematoda saat dibawah mikroskop, sedangkan pada corong baermann, saringan modifikasi dan aerator tidak ada nematoda yang terlihat.
2.      Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa.
3.      Fase nematoda yang ditemukan pada white head tray adalah nematoda fase stadia 1.
4.      Nematoda pada dasarnya memang menyukai tanah yang gembur, tidak padat, keras, liat ataupun berpasir.
5.      Nematoda juga tidak menyukai tempat yang sangat tergenang air, jika demikian maka nematoda tidak dapat hidup.

Saran
            Untuk mencapai praktikum yang lebih baik, asisten dosen agar mengawasi keaktifan para praktikan dalam melakukan praktek apabila terjadi kesalahan, agar dapat berjalan lancar dan sesuai harapan.


DAFTAR PUSTAKA
                                
Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
diakses tanggal 2 oktober 2018

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subagia, 2008Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tjahjadi, N., 2005Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGENALAN ALAT-ALAT NEMATOLOGI DAN STERILISASI TANAH

PEMURNIAN

MENGHITUNG KERAPATAN KOLONI BAKTERI DENGAN MENGGUNAKAN COLONY COUNTER